Label

Rabu, 10 Juni 2009

‘Pensucian dosa disebuah rumah pencucian’


Oleh: Phie2t

‘Dosa telah berkubang di antara air cucian. Rahasia tersuruk di sela kain jemuran. Jika mimpi telah jadi kenyataan, ia arus dihancurkan maka sebuah penyelesaian tidak akan ada’. Sepenggal sinopsis getir dari pementasan naskah ‘Pencucian’ (David Guerdon) sutradara Rahma Della Nasution ini membawa kita masuk ke dalam karya teater yang beraliran surealis tanpa berkedip mata.
Realita kehidupan sebuah keluarga yang memang keseharian mempunyai aktivitas sebagai rumah cuci. Di dalam rumah itu hidup seorang janda tua yang mempunyai sepasang anak yang sudah dewasa, beberapa pembantu perempuan dan menantu dari anak perempuannya yang tengah mengandung. Persoalan dalam rumah ini ,muncul ketika rahasia kecacatan anak laki-lakinya diperdebatkan oleh menantu perempuan janda tadi, hingga datang seorang pengelola sirkus yang ingin menawarkan pekerjaan untuk anak laki-laki janda tersebut. Semua setuju kecuali janda itu karena menurutnya ini adalah sebuah pembocoran aib yang telah lama disembunyikannya.
Teater “pencucian’ merupakan persembahan dari teater Intro (Payakumbuh). Sutradara memilih metode pelatihan akting yang presentatif. Sayangnya pada visual pementasan ini sangat heboh dengan penghadiran aktor yang hampir mempunyai karakteristik sama keseluruhannya. Penegasan karakter tidak terlihat luwes apalagi dipacu oleh speed tempo yang tinggi. Seakan-akan aktor tidak menyadari bahwa penonton tengah menikmati pementasan.
Pada session diskusi setelah pementasan (hari Selasa, tanggal 22 Januari 2008, pukul 20.20 Wib di Gedung Auditorium Boestanul Arifin Adam STSI Padangpanjang) , beberapa pertanyaan dilontarkan oleh penanggap sehubungan dengan karya yang baru saja dipentaskan. Di antaranya adalah mengenai masalah keaktoran, tanggapan dari sutradara bahwa kecelakaan panggung yang sangat vital ini adalah disengaja dengan alasan untuk memperhatikan jalannya pertunjukan yang relatif lama. Penuturan dari sutradara dapat diterima karena alasan pertunjukan yang berlangsung hampir satu setengah jam.
Sutradara juga melupakan beberapa hal kecil misalnya, detil pertunjukan yang dibatasi oleh beberapa pergantian adegan yang ditandai dengan lampu fade out. Karena hal ini akan sangat mengganggu sekali apabila tidak dipertimbangkan pembeda waktu dan suasana lewat penghadiran setting panggung. Jika tidak dipertimbangkan maka akan menggangu konsetrasi penonton.
Artistik merupakan element penting dalam sebuah pementasan, sehingga semuanya harus dipersiapkan dengan rinci, baik lighting maupun setting panggung dan property panggung. Di saat lampu fade in, sisi kiri panggung telah terisi dengan satu drum penampung air lengkap dengan beberapa buah baskom pencuci pakaian. Batas ruang hanya berupa kain horden tanpa pintu, sedangkan penjemuran kain mendominasi panggung dengan warna putih dan merah.
Secara esensi, ada beberapa point penting yang terolah oleh sang sutradara. Semacam penyampain esensi kepada penonton. Walau bagaimanapun juga, teater surealis mempunyai makna simbolis pada visual pertunjukan. Apa pun bentuk simbol di atas panggung akan menghadirkan pemaknaan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar