Wahai para
tiran..!
Sampai kapan
kalian akan terus menyumbat
suara-suara
bimbang dengan segumpalan janji-janji basi
dari mulut
kalian terasa sangat basi
namun kami hanya
diam dan selalu diam
Suara kami
selalu dibungkam
lidah kami
terasa padam
Setiap huruf
yang kami kumpul
Setiap kata yang
kami susun
Setiap kalimat
yang kami gabung
Tetap saja
beserakan kemudian terbuang
Sampai kapan
kalian akan mengorek makanan yang ada dimulut kami padahal belum sempat
melewati tenggorokan, hati, jantung, usus, lambung, sehingga muntah kamipun sanggup
kalian jilati
Bahkan tinjapun
kalian jilati
Kalian ciptakan mesin-mesin
yang sangat berbahaya dari mesin sebelumnya
mesin-mesin
itupun ikut memaksa kami tuk selalu bekerja dalam sistema
Menghitung
angka-angka, nilai lebih yang membawa keuntangan mengganda
terlipat-lipat
melipat-lipat
berlipat-berlipat
dan sangat padat
kami pun bangsat
disumbat dengan pantat
yang tidak akan
pernah merasakan nikmat
mesin-mesin
itupun membunuh hingga pucat
hingga jadi
mayat..!
Dalam pucat, setiap
sudut, setiap lorong, setiap ruang, setiap jengkal, setiap garis tanpa batas,
terdengar segerombolan orang sedang berbisik-bisik membicarakan nasibnya,
mempersoalkan tanah, mempersoalkan air, mempersoalkan tulang, mempersoalkan
darah yang mengering. Bersamaan dengan kepalan waktu, bisikan-bisikan itu
semakin keras dengan lantang berteriak, dengan lantang berteriak, dengan
lantang berteriak..!