Label

Selasa, 11 Oktober 2011

Tirani Harus Tumbang


Wahai para tiran..!
Sampai kapan kalian akan terus menyumbat
suara-suara bimbang dengan segumpalan janji-janji basi
dari mulut kalian terasa sangat basi
namun kami hanya diam dan selalu diam
Suara kami selalu dibungkam
lidah kami terasa padam


Setiap huruf yang kami kumpul
Setiap kata yang kami susun
Setiap kalimat yang kami gabung
Tetap saja beserakan kemudian terbuang

Sampai kapan kalian akan mengorek makanan yang ada dimulut kami padahal belum sempat melewati tenggorokan, hati, jantung, usus, lambung, sehingga muntah kamipun sanggup kalian jilati
Bahkan tinjapun kalian jilati

Kalian ciptakan mesin-mesin yang sangat berbahaya dari mesin sebelumnya
mesin-mesin itupun ikut memaksa kami tuk selalu bekerja dalam sistema
Menghitung angka-angka, nilai lebih yang membawa keuntangan mengganda
terlipat-lipat
melipat-lipat
berlipat-berlipat
dan sangat padat
kami pun bangsat
disumbat dengan pantat
yang tidak akan pernah merasakan nikmat
mesin-mesin itupun membunuh hingga pucat
hingga jadi mayat..!

Dalam pucat, setiap sudut, setiap lorong, setiap ruang, setiap jengkal, setiap garis tanpa batas, terdengar segerombolan orang sedang berbisik-bisik membicarakan nasibnya, mempersoalkan tanah, mempersoalkan air, mempersoalkan tulang, mempersoalkan darah yang mengering. Bersamaan dengan kepalan waktu, bisikan-bisikan itu semakin keras dengan lantang berteriak, dengan lantang berteriak, dengan lantang berteriak..!

Sabtu, 01 Januari 2011

HDP (Hijrah Di Purnama) Ke 10 Merefleksi Wajah-Wajah

Oleh: Uchien

Wajah-wajah yang dimaksud adalah, wajah-wajah yang mengekspresikan kondisi social masyarakat kemarin, hari ini dan esok. HDP (Hijrah Di Purnama) Senin, (20/12) sebuah kegiatan akhir bulan yang digagas oleh pelaku seni di Pekanbaru. Ketua Pelaksa HDP 10 (Summy) menjelaskan, “mereka (penggagas) tidak mau dikatakan, bahwasanya mereka sebagai penggagas. Bagi mereka HDP adalah milik semua orang yang ingin berkreatifitas lewat media kesenian, siapapun dia berhak untuk mengekspresikan kondisi apapun lewat kesenian. Baik itu kondisi social, ekonomi, politik, maupun agama. Bagi mereka kesenian merupakan media penyadaran dan propaganda”.
Pada HDP ke 10 ini, mencoba untuk merefleksi kembali satu tahun ke belakang, kedepannya apakah akan mundur atau maju. “melalui tema wajah-wajah ini, kita akan mengekspresikan kondisi social masyarakat kita hari ini. Dengan semangat kepedulian terhadap kondisi social masyarakat, kesenian mestinya juaga harus terus berproses. Tidak menjadikan kesenian sebagai produksi yang sangat instant, tapi harus terus berkembang bagaikan bola salju,” ujar Summy.
Penampilan pada HDP 10 ini, diikuti oleh komunitas kesenian yang ada di Kota Pekanbaru dengan penampilan berupa musikalisasi puisi (Unit Kegiatan Mahasiswa Seni – Universitas Islam Negeri), visualisasi puisi (Lembaga Dua Terbilang Uneversitas Islam Riau), pembacaan puisi (Ucok), Pantomaim (Syamsul) teater monolog (Unit Kegiatan Mahasiswa Seni – Universiatas Islam Negeri, Monda), sulap hipnotis (Psikologi – Universitas Islam Negeri), dan music akustik (Komunitas Anak Negeri, Indie Doku, Kelompok Pengamen Jalanan – Akademi Rakyat).
Hampir pada setiap pertunjukan mencoba memberikan ruang penyadaran dan propaganda. Salah satunya, terlihat dari penampilan music akustik dari KPJ – AKAR. Yang di dalamnya lagunya bertemakan tentang solidaritas, Kemiskinan, dan KKN. “kami sangat senang sekali dapat diberi kesempatan untuk bermain di HDP 10 ini, dan dapat terus menyampaikan segala kondisi yang ada di tengah masyarakat lewat nyanyian,” ujar Doni (Koordinator belajar KPJ – AKAR).
Ditambahkan oleh Summy, dia sangat menyayangkan sekali kondisi berkesenian di Pekanbaru. “Sampai hari ini, Pekanbaru masih memposisikan kesenian sebagai hiburan belaka. Maka kemudian, di HDP inilah kita dapat menyikapi kondisi berkesenian di Pekanbaru. Namun saya masih bersyukur, masih ada kawan-kawan idealis pada tataran penyadaran dan propaganda”.