Oleh: Husin
Masih ingat bukan,
sepasang tokoh romantis “Romeo dan Juliet” yang sangat melagenda. Mereka masih
saja menjadi simbol keromantisan yang merasuki keseluruh penjuru dunia. Tokoh
fiktif ini dilahirkan oleh sastrawan besar, William Shakespeare. Lewat karyanya ini, Shakespeare berhasil menyajikan
romansa cinta dengan nuansa klasik dan tragedi. Romantis namun tragis.
Karya masterpiece William Shakespeare ini tidaklah hanya
berhenti pada karya sastra saja, karyanya dihidupkan kembali ke dalam beberapa
bentuk karya, seperti drama, musikal, film, dan opera. Kisah Romeo dan Juliet menjadi
sangat sukses ketika diangkat menjadi film layar lebar. Pada tahun 1996,
sutradara Baz Luhrmann mengabadikan Romeo dan Juliet ke layar lebar dengan
sentuhan yang berbeda dan latar yang lebih modern. Film ini dibintangi oleh
Leonardo Dicaprio sebagai Romeo dan Claire Danis sebagai Juliet.
Hingga saat inipun,
tidak mudah bagi setiap orang untuk melupakan pasangan yang sangat romantis
ini. Bahkan yang baru mengenal namanyapun dibuat menjadi penasaran dan langsung
mengidolakannya. Rasa penasaran itu terjawab pada rabu-jum’at (01-03 Oktober
2014) malam pada pukul 20.00 WIB di Gedung Olah Seni, Taman Budaya Pekanbaru,
Riau. Meskipun dengan kemasan yang berbeda namun menjadi hal yang baru.
Perbedaan ini
disebabkan oleh Sutradara (Monda Gianes) mengemasnya dengan kekayaan imajinasi,
kreatifitas, kecerdasanya melihat kekuatan budaya lokal (Melayu). Bagi beberapa
orang yang telah mengetahui kisah romantis Romeo dan Juliet, akan membayangkan
nuansa klasik berlatar Eropa dan tragedi. Namun lain halnya dengan apa yang
telah disuguhkan oleh produksi Teater Matan, Sutradara Monda Gianes. Oleh
sutradara nama tokoh Romeo dan Juliet diganti menjadi “Romieh dan Juliah”,
kemudian cerita yang begitu tragis dirubah menjadi komedi yang begitu lucu dan
menghibur, namun tetap bertahan dan tidak lari dari esensi cerita.
Berangkat dari karya
besar Shakespeare yang telah banyak mengalami peralihan ke dalam estetika seni,
pemindahan budaya, pergesaran ruang dan waktu. Romieh dan Juliah-pun telah ikut
masuk ke dalam estetika, budaya, ruang dan waktu masyarakat penonton tempatan
(Melayu). Sehingga karya Shakespeare tidaklah menjadi suatu estetika, budaya,
ruang dan waktu yang sangat asing bagi masyarakat Melayu. Tontonan pada malam
itupun menjadi akrab dan sangat dekat dengan masyarakat Melayu.
Keakraban itu sudah
dapat dirasakan pada saat dimulainya pementasan, karena seluruh pemain yang
mengenakan pakaian keseharian masyarakat Melayu baik di kota maupun di desa
muncul dari arah deretan bangku penonton. Mereka membentuk barisan, kemudian
sambil berjalan menuju panggung, para pemain bersorak-sorai, menari dan
bernyanyi lagu yang sangat akrab di telinga masyarakat Melayu. kehadiran para
pemain disambut oleh teriakan dan tepuk tangan dari para penonton, sehingga
para penontonpun bersia-siap dan tersadarkan bahwa Romeo dan Juliet yang mereka
tonton adalah Romeo dan Juliet yang bersal dari budaya Melayu yang akan
memberikan tontonan yang lucu dan sangat menghibur.
Pada adegan kedua, Ayah
Romieh menacari anaknya yang membawa remote TV. Kehadiran Ayah Romieh kembali
membuat para penonton tertawa, mendengar Ayah sangat kental menggunakan dialek
Melayu sambil memainkan acting yang kocak. Tidak lama berselang pada adegan
selanjutnya, dua kelompok pemuda saling berseteru, keluarga Yong Tapa versus
keluarga Yong Khalid. Adegan perseteruan ini membuat penonton yang tidak mampu
berhenti tertawa, karena dua kelompok ini saling meneriaki untuk mulai memberi
aba-aba untuk berkelahi, namun pada saat berhadapan mereka hanya berjalan santai
saja. Berulang-rulang dua kelompok keluarga ini melakukan hal demikian, sampai
Ustads dan Tuan Tanah (Erik) lewat dan melerai perseteruan dua kelompok
keluarga. Dari adegan keadegan berikutnya, perseteruan dua keluarga inilah
sebagai penghalang hubungan cinta Romieh dan Juliah.
Yong Tapa dari pihak
keluarga Romieh (Al Gembot) dan Yong Khalid dari pihak keluarga Juliah (Dwi),
sudah berseteru sejak lama. Diantara dua keluarga tidak satupun yang mau
mengalah dan berdamai. Juliah menjadi risau, pada saat Ayahnya (Ridwan)
menjodohkannya dengan pemuda kaya bernama Roy Khan (Jefri Al-Malay). Romieh dan
Juliah tidak bisa tinggal diam, bagaimana caranya mereka akan tetap bersama.
Lalu mereka mendatangi Penghulu (Kafrawi) agar mereka akan segera dinikahkan
dan menggagalkan acara perjodohan Juliah dengan Roy Khan. Awalnya Penghulu
tidak menyetujui, karena perseteruan keluarga mereka sudah terlalu lama.
Penghulu menganggap cinta meraka adalah cinta terlarang. Lalu akhirnya penghulu
menyarankan hubungan mereka harus dirahasiakan. Kemudian Penghulu memberikan ramuan tidur suri
tanpa sepengetahuan Romieh. Ramuan tidur suri ini diminum pada saat acara Ijab
Qabul, dengan harapan Roy Khan putus asa dan mau tidak mau, harus menerimanya.
Ironisnya diluar
perencanaan Penghulu, telah terjadi perkelahian sampai terbunuhnya sepupu
Romieh oleh sepupu Juliah. Romieh tidak bisa menerima hal demikin dan menaruh
dendam kepada keluarga Yong Khalid. Baginya, nyawa harus dibayar dengan nyawa.
Lalu Romiehpun membunuh sepupu Juliah, lalu melarikan diri dan menyesali
perbuatannya. Dari segala kejadian ini membuat Ayah Juliah menjadi murka dan
ingin segera cepat-menikahkan Juliah dengan Roy Khan.
Pada saat acara
pernikahan dan ingin membacakan Ijab Qabul, Juliah telah meminum ramuan tidur
suri. Acara pernikahan menjadi kacau dan sangat berantakan karena Juliah tidak
sadarkan diri, mereka mengira Juliah telah meninggal, seluruh keluarga menangis
dan meratapi kematian Juliah sampai mereka kelelahan dan tertidur kecuali Roy
Khan. Tidak lama berselang Romieh datang dan langsung melihat Juliah sudah
tidak bernafas lagi, lalu Romieh menikam Roy Khan sampai mati, lalu Romiehpun
bunuh diri dengan menikam dirinya sendiri. Setelah itu tiba-tiba Juliah terbangun
dan langsung melihat Romieh terbaring kaku di sampingnya, lalu Juliahpun
mangambil belati dan langsung menikam tubuhnya, Juliahpun mati di samping
Romieh. Setelah Roy Khan, Romieh dan Juliah terbujur kaku, barulah seluruh
keluarga terbangun dari tidur dan melihat anak mereka telah mati. Melihat
kejadian ini, barulah kedua keluarga yang berseteru, keluarga Yong Tapa dan
keluarga Yong Khalid menyesali perbuatannya. Diakhir pementasan kembali ditutup
dengan tarian dan nyanyian.
Dari seluruh rangkain
pementasan, penonton tidak hentinya untuk terus tertawa. Karena memang setiap
adegan selalu dikemas dengan adegan-adegan lucu yang dimainkan maksimal oleh
para actor. Dilihat dari segi cerita memang tidaklah lari dari esensi cerita
dari apa yang dimaksudkan oleh Shakespeare, meskipun penonton tidak lagi
merasakan drama tragedi karena telah dibungkus seluruhnya oleh komedi, lucu,
dan sangat menghibur. Penontonpun dapat dimanjakan dengan budaya, ruang dan
waktu yang sesuai dengan keinginannya.
Barangkali inilah kelihaian
sutradara untuk menterjemah ulang lalu memindahkan Romeo dan Juliet milik
Shakespeare ke Ranah Budaya Melayu. Meskipun telah banyak pemindahan dan
pengalihan wahana dari karya sebelumnya. Sesungguhnya Shakespeare juga telah
meminjam ide dari sajak karya Arthur Brooke dan prosa karya William Painter,
keduanya berangkat dari roman tragic pada zaman kuno. Dalam hal ini sutradara
telah kembali mengalih wahanakan teks lama yang jauh dari zamanya menjadi teks
baru yang dapat diterima oleh masyarakat penontonnya. Mengalihkan berarti
mengubah, dan mengubah berarti menghasilan sesuatu yang baru dan berbeda dari
yang lama sebelumnya.
Sutradarapun telah ikut
untuk mempertimbangkan keinginan masyarakan penonton kita yang bercirikan bahwa
tontonan harus menghibur, dan menghibur berarti lucu. Ciri inilah yang
tampaknya menjadi nyawa dari teater tradisional kita, dan karenanya harus
disenyawakan dengan naskah apapun yang
di bawa ke atas panggung. hasilnya akan terlihat jelas, bahwa teater
tradisional boleh surut, akan tetapi nyawanya telah menghidupi teater modern
kita. Seperti awal munculnya para actor Romieh dan Juliah berbaris berjalan ke
atas panggung dengan penuh kegemberiaan sorak-sorai, sambil bernyanyi dan
menari bagaikan Mendu, Makyong, Dul Muluk, dan para anak Randai yang bersorak
sorai ingin memulai pementasan. Itulah milik kita, biarkan saja, dan mari
memberikan hal yang baru.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar