Label

Kamis, 21 Februari 2013

Teater Lorong Ikut Bahagian Dalam Mini Festival Bono yang Ditaja Oleh Rumah Budaya Siku Keluang


 
Terhitung selama lima hari, 26-30 Januari. Terlihat masyarakat begitu antusias dan begitu dekat ketika mengikuti kegiatan yang ditaja oleh Rumah Budaya Siku Keluang, disponsori oleh Hivos Fondation dan Ubud writer. Kegiatan ini juga melibatkan beberapa komunitas yang ada di Indonesia; Teater Lorong (Pekanbaru), SARUEH (Padangpanjang), I.S.E.C (Pekanbaru), Institut Kajian  Alam Melayu (Pekanbaru), LIFEPATCH.ORG (Yogyakarta), B-Project (Pekanbaru) dan Sindikat Cuci Otak (Pekanbaru).
Hari pertama sampai keempat, kegiatan dilakukan secara terpisah dari setiap komunitas. Workshop Diy Playdough dilakaukan selama dua hari, dimulai dari pukul 14.00-17.00 yang diberikan oleh Ade Greden (Rumah Budaya Siku Keluang). Pada malam harinya dilanjutkan dengan workshop acting, yang diberikan oleh Uchien (Teater Lorong). Workshop acting dilakukan selama tiga malam, dengan materi dasar-dasar acting yang dimulai dari olah tubuh, oleh vocal, dan olah sukma. Pada malam ketiga membuat cerita yang berasal dari cerita-cerita rakyat setempat, kemudian pembagian peran yang nantinya akan ditampilkan pada malam puncak. I.S.E.C memberikan pelatihan pembuatan bio gas dari kotoran sapi. Sedangkan komunitas SARUEH merekam aktifias masyarakat Teluk Meranti.
Menjelang persiapan kegiatan malam puncak, pada pukul 16.00 WIB, Dedi (Institut Kajian Alam Melayu) memberikan diskusi dengan masyarakat Teluk Meranti dengan tema Pusaka. Tepat pada pukul 20.00 WIB kegiatan performance dari setiap komunitaspun dimulai yang dibuka oleh Heri Budiman (Rumah Budaya Siku Keluang), kemudian dilanjutkan oleh Rini (I.S.E.C), mensosialisasikan tentang pentingnya Bio Gas di Desa Teluk Meranti. Setelah itu Budy Utami (Rumah Budaya Siku Keluang) memperkenalkan tentang Rumah Budaya Siku Keluang, beserta program-program yang telah dilaksanakan. Haryadi (SARUEH) menjelaskan tentang pentingnya merekam seluruh kegiatan yang ada ditengah masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video hasil rekaman yang diberi judul MEMOAR Teluk Meranti. Kegiatan ditutup dengan pementasan drama dari pemuda setempat, hasil dari workshop yang diberikan oleh Uchien (Teater Lorong).