Label

Minggu, 16 November 2014

mengapa tulisanku hilang?

Sabtu, 15 November 2014

(Catatan Pementasan “Romieh dan Juliah” Sutradara Monda Gianes) “Romeo and Juliet” dalam Peralihan Menjadi “Romieh dan Juliah”

Oleh: Husin

Masih ingat bukan, sepasang tokoh romantis “Romeo dan Juliet” yang sangat melagenda. Mereka masih saja menjadi simbol keromantisan yang merasuki keseluruh penjuru dunia. Tokoh fiktif ini dilahirkan oleh sastrawan besar, William Shakespeare. Lewat karyanya ini, Shakespeare berhasil menyajikan romansa cinta dengan nuansa klasik dan tragedi. Romantis namun tragis.
Karya masterpiece William Shakespeare ini tidaklah hanya berhenti pada karya sastra saja, karyanya dihidupkan kembali ke dalam beberapa bentuk karya, seperti drama, musikal, film, dan opera. Kisah Romeo dan Juliet menjadi sangat sukses ketika diangkat menjadi film layar lebar. Pada tahun 1996, sutradara Baz Luhrmann mengabadikan Romeo dan Juliet ke layar lebar dengan sentuhan yang berbeda dan latar yang lebih modern. Film ini dibintangi oleh Leonardo Dicaprio sebagai Romeo dan Claire Danis sebagai Juliet.  
Hingga saat inipun, tidak mudah bagi setiap orang untuk melupakan pasangan yang sangat romantis ini. Bahkan yang baru mengenal namanyapun dibuat menjadi penasaran dan langsung mengidolakannya. Rasa penasaran itu terjawab pada rabu-jum’at (01-03 Oktober 2014) malam pada pukul 20.00 WIB di Gedung Olah Seni, Taman Budaya Pekanbaru, Riau. Meskipun dengan kemasan yang berbeda namun menjadi hal yang baru.
Perbedaan ini disebabkan oleh Sutradara (Monda Gianes) mengemasnya dengan kekayaan imajinasi, kreatifitas, kecerdasanya melihat kekuatan budaya lokal (Melayu). Bagi beberapa orang yang telah mengetahui kisah romantis Romeo dan Juliet, akan membayangkan nuansa klasik berlatar Eropa dan tragedi. Namun lain halnya dengan apa yang telah disuguhkan oleh produksi Teater Matan, Sutradara Monda Gianes. Oleh sutradara nama tokoh Romeo dan Juliet diganti menjadi “Romieh dan Juliah”, kemudian cerita yang begitu tragis dirubah menjadi komedi yang begitu lucu dan menghibur, namun tetap bertahan dan tidak lari dari esensi cerita.
Berangkat dari karya besar Shakespeare yang telah banyak mengalami peralihan ke dalam estetika seni, pemindahan budaya, pergesaran ruang dan waktu. Romieh dan Juliah-pun telah ikut masuk ke dalam estetika, budaya, ruang dan waktu masyarakat penonton tempatan (Melayu). Sehingga karya Shakespeare tidaklah menjadi suatu estetika, budaya, ruang dan waktu yang sangat asing bagi masyarakat Melayu. Tontonan pada malam itupun menjadi akrab dan sangat dekat dengan masyarakat Melayu.
Keakraban itu sudah dapat dirasakan pada saat dimulainya pementasan, karena seluruh pemain yang mengenakan pakaian keseharian masyarakat Melayu baik di kota maupun di desa muncul dari arah deretan bangku penonton. Mereka membentuk barisan, kemudian sambil berjalan menuju panggung, para pemain bersorak-sorai, menari dan bernyanyi lagu yang sangat akrab di telinga masyarakat Melayu. kehadiran para pemain disambut oleh teriakan dan tepuk tangan dari para penonton, sehingga para penontonpun bersia-siap dan tersadarkan bahwa Romeo dan Juliet yang mereka tonton adalah Romeo dan Juliet yang bersal dari budaya Melayu yang akan memberikan tontonan yang lucu dan sangat menghibur. 
Pada adegan kedua, Ayah Romieh menacari anaknya yang membawa remote TV. Kehadiran Ayah Romieh kembali membuat para penonton tertawa, mendengar Ayah sangat kental menggunakan dialek Melayu sambil memainkan acting yang kocak. Tidak lama berselang pada adegan selanjutnya, dua kelompok pemuda saling berseteru, keluarga Yong Tapa versus keluarga Yong Khalid. Adegan perseteruan ini membuat penonton yang tidak mampu berhenti tertawa, karena dua kelompok ini saling meneriaki untuk mulai memberi aba-aba untuk berkelahi, namun pada saat berhadapan mereka hanya berjalan santai saja. Berulang-rulang dua kelompok keluarga ini melakukan hal demikian, sampai Ustads dan Tuan Tanah (Erik) lewat dan melerai perseteruan dua kelompok keluarga. Dari adegan keadegan berikutnya, perseteruan dua keluarga inilah sebagai penghalang hubungan cinta Romieh dan Juliah.
Yong Tapa dari pihak keluarga Romieh (Al Gembot) dan Yong Khalid dari pihak keluarga Juliah (Dwi), sudah berseteru sejak lama. Diantara dua keluarga tidak satupun yang mau mengalah dan berdamai. Juliah menjadi risau, pada saat Ayahnya (Ridwan) menjodohkannya dengan pemuda kaya bernama Roy Khan (Jefri Al-Malay). Romieh dan Juliah tidak bisa tinggal diam, bagaimana caranya mereka akan tetap bersama. Lalu mereka mendatangi Penghulu (Kafrawi) agar mereka akan segera dinikahkan dan menggagalkan acara perjodohan Juliah dengan Roy Khan. Awalnya Penghulu tidak menyetujui, karena perseteruan keluarga mereka sudah terlalu lama. Penghulu menganggap cinta meraka adalah cinta terlarang. Lalu akhirnya penghulu menyarankan hubungan mereka harus dirahasiakan.  Kemudian Penghulu memberikan ramuan tidur suri tanpa sepengetahuan Romieh. Ramuan tidur suri ini diminum pada saat acara Ijab Qabul, dengan harapan Roy Khan putus asa dan mau tidak mau, harus menerimanya.
Ironisnya diluar perencanaan Penghulu, telah terjadi perkelahian sampai terbunuhnya sepupu Romieh oleh sepupu Juliah. Romieh tidak bisa menerima hal demikin dan menaruh dendam kepada keluarga Yong Khalid. Baginya, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Lalu Romiehpun membunuh sepupu Juliah, lalu melarikan diri dan menyesali perbuatannya. Dari segala kejadian ini membuat Ayah Juliah menjadi murka dan ingin segera cepat-menikahkan Juliah dengan Roy Khan.
Pada saat acara pernikahan dan ingin membacakan Ijab Qabul, Juliah telah meminum ramuan tidur suri. Acara pernikahan menjadi kacau dan sangat berantakan karena Juliah tidak sadarkan diri, mereka mengira Juliah telah meninggal, seluruh keluarga menangis dan meratapi kematian Juliah sampai mereka kelelahan dan tertidur kecuali Roy Khan. Tidak lama berselang Romieh datang dan langsung melihat Juliah sudah tidak bernafas lagi, lalu Romieh menikam Roy Khan sampai mati, lalu Romiehpun bunuh diri dengan menikam dirinya sendiri. Setelah itu tiba-tiba Juliah terbangun dan langsung melihat Romieh terbaring kaku di sampingnya, lalu Juliahpun mangambil belati dan langsung menikam tubuhnya, Juliahpun mati di samping Romieh. Setelah Roy Khan, Romieh dan Juliah terbujur kaku, barulah seluruh keluarga terbangun dari tidur dan melihat anak mereka telah mati. Melihat kejadian ini, barulah kedua keluarga yang berseteru, keluarga Yong Tapa dan keluarga Yong Khalid menyesali perbuatannya. Diakhir pementasan kembali ditutup dengan tarian dan nyanyian.
Dari seluruh rangkain pementasan, penonton tidak hentinya untuk terus tertawa. Karena memang setiap adegan selalu dikemas dengan adegan-adegan lucu yang dimainkan maksimal oleh para actor. Dilihat dari segi cerita memang tidaklah lari dari esensi cerita dari apa yang dimaksudkan oleh Shakespeare, meskipun penonton tidak lagi merasakan drama tragedi karena telah dibungkus seluruhnya oleh komedi, lucu, dan sangat menghibur. Penontonpun dapat dimanjakan dengan budaya, ruang dan waktu yang sesuai dengan keinginannya.
Barangkali inilah kelihaian sutradara untuk menterjemah ulang lalu memindahkan Romeo dan Juliet milik Shakespeare ke Ranah Budaya Melayu. Meskipun telah banyak pemindahan dan pengalihan wahana dari karya sebelumnya. Sesungguhnya Shakespeare juga telah meminjam ide dari sajak karya Arthur Brooke dan prosa karya William Painter, keduanya berangkat dari roman tragic pada zaman kuno. Dalam hal ini sutradara telah kembali mengalih wahanakan teks lama yang jauh dari zamanya menjadi teks baru yang dapat diterima oleh masyarakat penontonnya. Mengalihkan berarti mengubah, dan mengubah berarti menghasilan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lama sebelumnya.
Sutradarapun telah ikut untuk mempertimbangkan keinginan masyarakan penonton kita yang bercirikan bahwa tontonan harus menghibur, dan menghibur berarti lucu. Ciri inilah yang tampaknya menjadi nyawa dari teater tradisional kita, dan karenanya harus disenyawakan dengan naskah apapun  yang di bawa ke atas panggung. hasilnya akan terlihat jelas, bahwa teater tradisional boleh surut, akan tetapi nyawanya telah menghidupi teater modern kita. Seperti awal munculnya para actor Romieh dan Juliah berbaris berjalan ke atas panggung dengan penuh kegemberiaan sorak-sorai, sambil bernyanyi dan menari bagaikan Mendu, Makyong, Dul Muluk, dan para anak Randai yang bersorak sorai ingin memulai pementasan. Itulah milik kita, biarkan saja, dan mari memberikan hal yang baru.***