Masih ingatkah kau
Di kota ini, kita mengawali perjalanan
Terucap janji, tuk jalani hidup bersama
Segala rintangan, akan dihadang bersama
Sambil meneguk kopi yang mulai mendingin
Dan sedikit ubi kayu yang dicabut kemarin
Ini kota ke-dua yang akan kita lewati
Tidakkah kau lihat, gerbang yang begitu menawan
Sebentar lagi kita akan sampai
Begitu kagetnya kita
Ternyata kota ini, tak setentram yang pernah diceritakan banyak orang
Penjarahan, kekerasan, dan kerusuhan selalu saja terjadi. Berulang-ulang kali
Kitapun ikut bertengkar
Menentukan keberpihakan, dengan golongan mana dan siapa
Kota ini sungguh berbeda dengan kota ke-dua
Terlihat keindahan
Keramahan
Keharmonisan
Serta kedamaian
Ingatkahkau, saat kita melewati danau
Aku hadiahkan untukmu sebuah perahu kecil
Kayunya dari jenis yang terbaik
Kau bantu aku
Kau suguhkan segelas kopi, dengan sedikit ubi kayu yang kau rebus pagi tadi
Lalu kita berlayar, ditemani bulan dan bintang, diiringi musik air dan angin
Di kota ini
Kau dan aku tersesat
Kita terpisah sangat jauh
Sepanjang malam kurindukan kehadiranmu
Aku rindu candamu
Rindu tawamu
Rindu perdebatanmu
Segalanya..
Apakah ada harapan tuk bertemu
Ataukah..
Pergi tuk selamanya
Lorong, 30 juni 2009
Rabu, 23 September 2009
Carilah Cinta
Tak ada lagi yang bisa aku berikan
Meskipun tak pernah memberikan apa-apa
Tak ada lagi yang bisa aku janjikan
Kepahitan tetap saja bersarang ditubuh ini
Pergilahkau..
Jauihi kepahitan, yang makin lama semakin membusuk
Carilah kebahagiaan..
Dampingi dia
Pegang erat tangannya
Jangan pernah lepaskan
Karna sampai hari ini
Lusa nanti
Sampai mati
Aku tak akan pernah memberikan apa-apa
Melainkan cinta!
Lorong, 30 Juni 2009
Meskipun tak pernah memberikan apa-apa
Tak ada lagi yang bisa aku janjikan
Kepahitan tetap saja bersarang ditubuh ini
Pergilahkau..
Jauihi kepahitan, yang makin lama semakin membusuk
Carilah kebahagiaan..
Dampingi dia
Pegang erat tangannya
Jangan pernah lepaskan
Karna sampai hari ini
Lusa nanti
Sampai mati
Aku tak akan pernah memberikan apa-apa
Melainkan cinta!
Lorong, 30 Juni 2009
Bukanlah Cinta
Tiba-tiba langit jatuh
Menghancurkan otak bumi
Jantung hatinya bertaburan
Tak ada lagi aku dan kau
Mereka dan kita
Dia dan kita
Kehancuran itu datang pada tahun ke-lima
Melebihi kiamat
Selalu ditakuti setiap umat
Cintapun telah mati!
Lorong, 30 Juni 2009
Menghancurkan otak bumi
Jantung hatinya bertaburan
Tak ada lagi aku dan kau
Mereka dan kita
Dia dan kita
Kehancuran itu datang pada tahun ke-lima
Melebihi kiamat
Selalu ditakuti setiap umat
Cintapun telah mati!
Lorong, 30 Juni 2009
Maju Namun Janggal
Semenjak merpati tak pernah lagi mengantar surat
Manusia telah berpikir singkat
Dengan segala kemajuan teknologi
Telah berkurang rasa tuk saling mengasihi
Lorong, 30 Juni 2009
Manusia telah berpikir singkat
Dengan segala kemajuan teknologi
Telah berkurang rasa tuk saling mengasihi
Lorong, 30 Juni 2009
TAKDIR PUISI
Kesabaranku takdir…
Kesenanganku takdir…
Kebahagiaanku takdir…
Kemarahanku takdir…
Keceriaanku takdir…
Keletihanku takdir…
Kelelahanku taktir…
Kesusahanku takdir...
Keangkuhanku takdir…
Keegoisanku takdir…
Keringatku terus saja mengalir bersama takdir…
Kecintaanku ternyata takdir…
Kerinduanku ternyata takdir…
Kasih sayangku tetap saja takdir…
Hausku masih terus takdir…
Laparku masih terus takdir…
Tawaku masih saja takdir...
Puisi inipun juga hidup bersama takdir…
Padangpanjang, Oktober 2006
Kesenanganku takdir…
Kebahagiaanku takdir…
Kemarahanku takdir…
Keceriaanku takdir…
Keletihanku takdir…
Kelelahanku taktir…
Kesusahanku takdir...
Keangkuhanku takdir…
Keegoisanku takdir…
Keringatku terus saja mengalir bersama takdir…
Kecintaanku ternyata takdir…
Kerinduanku ternyata takdir…
Kasih sayangku tetap saja takdir…
Hausku masih terus takdir…
Laparku masih terus takdir…
Tawaku masih saja takdir...
Puisi inipun juga hidup bersama takdir…
Padangpanjang, Oktober 2006
Sayangnya Puisi
Ku kecup keningmu
Ku genggam tanganmu
Ku peluk erat tubuh indahmu
dan berharap masa depan yang gemilang
Padangpanjang, Oktober 2006
Ku genggam tanganmu
Ku peluk erat tubuh indahmu
dan berharap masa depan yang gemilang
Padangpanjang, Oktober 2006
Ridhoilah Puisi
Perjalan kita sepertinya tak di Ridhoi
Begitu besarkah dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat
Tapi begitulah manusia
Gemar melakukan dosa dan kesalahan
Ramadhan datang dengan segala keistimewaannya
Yang dapat menghapus dosa dan kesalahan
Maka maafkanlah dosa dan kesalahan dihari yang fitri
Berharap perjalanan kita di Ridhoi
Padangpanjang, Oktober 2006
Begitu besarkah dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat
Tapi begitulah manusia
Gemar melakukan dosa dan kesalahan
Ramadhan datang dengan segala keistimewaannya
Yang dapat menghapus dosa dan kesalahan
Maka maafkanlah dosa dan kesalahan dihari yang fitri
Berharap perjalanan kita di Ridhoi
Padangpanjang, Oktober 2006
PUISI SAKIT JIWA
lebih baik begitu...
karena sudah tak ada lagi kata-kata, tuk dijadikan kalimat benar yang pantas diucapkan!
maka lebih baik begitu....
sakit jiwa dan kehilangan makna!
Padangpanjang, Oktober 2006
karena sudah tak ada lagi kata-kata, tuk dijadikan kalimat benar yang pantas diucapkan!
maka lebih baik begitu....
sakit jiwa dan kehilangan makna!
Padangpanjang, Oktober 2006
Marahnya Puisi
Menghardik irama keras
Hening tak mengucapkan apapun sambil melayangkan tinju ke bumi
Tangan mengayun laju menuju kepipi
Diam.. berjalan dengan air mata
Padangpanjang, Oktober 2006
Hening tak mengucapkan apapun sambil melayangkan tinju ke bumi
Tangan mengayun laju menuju kepipi
Diam.. berjalan dengan air mata
Padangpanjang, Oktober 2006
Menjelang Pemilihan
Sebelum gelap
Masih sempat kunikmati
Keindahan alam yang penuh warna
Sepanjang jalan
Disetiap perempatan
Terlihat wajah-wajah penuh keramahan
Memberikan ribuan harapan
Senyuman sementara
Hingga terpilih
Sebelum mendapat bangku
Keramahan sementara
Masih sempat untuk dinikmati
Bagai alam, Penuh warna
Lorong, 01 Maret 2009
Masih sempat kunikmati
Keindahan alam yang penuh warna
Sepanjang jalan
Disetiap perempatan
Terlihat wajah-wajah penuh keramahan
Memberikan ribuan harapan
Senyuman sementara
Hingga terpilih
Sebelum mendapat bangku
Keramahan sementara
Masih sempat untuk dinikmati
Bagai alam, Penuh warna
Lorong, 01 Maret 2009
Konsumsi
Sepatu itu telah terlihat kusam dan kotor
Apakah kau akan...
Membersihkannya
Mencuci
Menyemir
Atau bahkan...
Kau akan membuangnya
Besok atau hari ini
Kau akan menggantinya
Dengan merk-merk yang lebih bagus keluaran terbaru
Segalanya telah tersedia disetiap sudut pertokoan
Sama seperti hari-hari sebelumnya
Lorong, 02 Maret 2009
Apakah kau akan...
Membersihkannya
Mencuci
Menyemir
Atau bahkan...
Kau akan membuangnya
Besok atau hari ini
Kau akan menggantinya
Dengan merk-merk yang lebih bagus keluaran terbaru
Segalanya telah tersedia disetiap sudut pertokoan
Sama seperti hari-hari sebelumnya
Lorong, 02 Maret 2009
Awal-Akhiri
Awalnya
Kesedihan, kesengsaraan serta penderitaan
Hal yang biasa yang menjadi bagian hidup kita
Terjadi berulangkali
Sore kemaren
Seorang anak mati gantung diri
Lantaran ibunya tak mampu beli sepatu sekolah
Malam kemaren
Seorang ibu tewas bersama tumor dikepala yang telah membesar
Lantaran biaya pengobatan terlalu mahal
Pagi tadi
Pedagang kaki lima digusur secara paksa
Lantaran menganggu ketertiban kota dan pembangunan istana
Bukankah semua itu telah diciptakan
Oleh orang yang memiliki kepentingan
Akhiri
Kita harus percaya
Bahwa semuanya bukanlah takdir
Lakukanlah sesuatu
Bersatu tuk perubahan
Melawan bentuk penghisapan
Melawan bentuk penindasan
Lorong, 12 Juni 2005
Kesedihan, kesengsaraan serta penderitaan
Hal yang biasa yang menjadi bagian hidup kita
Terjadi berulangkali
Sore kemaren
Seorang anak mati gantung diri
Lantaran ibunya tak mampu beli sepatu sekolah
Malam kemaren
Seorang ibu tewas bersama tumor dikepala yang telah membesar
Lantaran biaya pengobatan terlalu mahal
Pagi tadi
Pedagang kaki lima digusur secara paksa
Lantaran menganggu ketertiban kota dan pembangunan istana
Bukankah semua itu telah diciptakan
Oleh orang yang memiliki kepentingan
Akhiri
Kita harus percaya
Bahwa semuanya bukanlah takdir
Lakukanlah sesuatu
Bersatu tuk perubahan
Melawan bentuk penghisapan
Melawan bentuk penindasan
Lorong, 12 Juni 2005
Kutuliskan Sejarah
Pada siapa aku sampaikan
Kertas putih sudah tak putih
Padanya inginku sampaikan
Telah aku tuliskan
Terus aku tuliskan
Tak akan aku biarkan ia putih
Garis
Lingkar
Warna
Munculkan masalah
Tawa
Tangis
Marah
Darah
Perang
Jadikan sejarah
Lorong, April 2008
Kertas putih sudah tak putih
Padanya inginku sampaikan
Telah aku tuliskan
Terus aku tuliskan
Tak akan aku biarkan ia putih
Garis
Lingkar
Warna
Munculkan masalah
Tawa
Tangis
Marah
Darah
Perang
Jadikan sejarah
Lorong, April 2008
Derita ku Tuliskan
Pada kertas aku bercerita
Hanya kertas yang aku percaya
Dengan tinta aku sampaikan
Diatas kertas aku tuliskan
Segala derita yang dirasakan
Penderitaan yang terus menerus
Buruh
Dipekerjakan semaunya
Jam kerja ditambah sesukanya
Tak dibayar selayaknya
Tak mampu memiliki apa yang telah dikerjakan
Jika pengusaha hampir bangkrut
Maka PHK pun jalan baginya
Kaum miskin kota
Disapu bersih dari tempatnya
Tak ada lagi tempat tuk berteduh
Tak ada lagi yang bisa dikerjakan
Pekerjaan alternative yang bisa dikerjakan
Jalanan tempat kami mencari makan
Itupun selalu dirampas oleh pemerintah kota
Petani
Dirampas tanahnya
Harga pupuk semakin mahal
Hasil tani menurun
Hargapun tak bisa mereka tentukan
Nelayan
Tak bisa lagi melaut
Harga minyak semakin mahal
Tak menemukan ikan
Nasipun tak ada tuk dimakan
Pendidikan
Menjadi barang yang mahal
Kehilangan hakikat
Tak bisa tulis baca
Pembodohanpun dimana-mana
Kesehatan
Sangat jauh dari masyarakatnya
Tak melayani sebaiknya
Tak menyembuhkan semestinya
Maka jumlah kematianpun semakin bertambah
Derita telah dirasakan
Maka dikertas ini aku tuliskan
Bangkitlah Rakyat Pekerja
Lorong, 07 Desember 2008
Hanya kertas yang aku percaya
Dengan tinta aku sampaikan
Diatas kertas aku tuliskan
Segala derita yang dirasakan
Penderitaan yang terus menerus
Buruh
Dipekerjakan semaunya
Jam kerja ditambah sesukanya
Tak dibayar selayaknya
Tak mampu memiliki apa yang telah dikerjakan
Jika pengusaha hampir bangkrut
Maka PHK pun jalan baginya
Kaum miskin kota
Disapu bersih dari tempatnya
Tak ada lagi tempat tuk berteduh
Tak ada lagi yang bisa dikerjakan
Pekerjaan alternative yang bisa dikerjakan
Jalanan tempat kami mencari makan
Itupun selalu dirampas oleh pemerintah kota
Petani
Dirampas tanahnya
Harga pupuk semakin mahal
Hasil tani menurun
Hargapun tak bisa mereka tentukan
Nelayan
Tak bisa lagi melaut
Harga minyak semakin mahal
Tak menemukan ikan
Nasipun tak ada tuk dimakan
Pendidikan
Menjadi barang yang mahal
Kehilangan hakikat
Tak bisa tulis baca
Pembodohanpun dimana-mana
Kesehatan
Sangat jauh dari masyarakatnya
Tak melayani sebaiknya
Tak menyembuhkan semestinya
Maka jumlah kematianpun semakin bertambah
Derita telah dirasakan
Maka dikertas ini aku tuliskan
Bangkitlah Rakyat Pekerja
Lorong, 07 Desember 2008
Manusia Kerdil
Sebelum aku meninggalkan kota yang penuh kemunafikan yang Dihuni oleh bibir-bibir yang memperlihatkan kilauan gigi putih bersih
bertebaran kemana-mana, menyinggahi setiap sepasang mata yang kebetulan berselisih
Maka aku titipkan kemarahan ini
Hati mereka berbau busuk
Sebusuk bangkai anjing-anjing mereka yang telah mati
Diracuni teman bahkan sahabat-sahabat mereka
Saling mengobar fitnah tentang kami yang menompang sementara
Pintu digedor tanpa mengucapkan salam
Saat kami pergi entah kedunia mana
Mereka tenggelamkan keramahan dalam-dalam
Mereka bangkitkan kemarahan tinggi-tingi
Sehingga kami hanya mampu tuk menundukkan kepala
Seakan kesalahan terbesar telah dilakukan
Kami tak pernah minta izin tuk tinggal
Tak melapor dan memberikan laporan
Kami tak memilki identitas bersurat
Tak punya tanda dan penanda
Anjing
Kami tak diharapkan
Babi
Mereka hanya minta dihargai
Taik
Mereka hanya ingin dihormati
Pret
Ingin diketahui bahwa dubur mereka masih bernafas
Lorong, 06 Desember 2008
bertebaran kemana-mana, menyinggahi setiap sepasang mata yang kebetulan berselisih
Maka aku titipkan kemarahan ini
Hati mereka berbau busuk
Sebusuk bangkai anjing-anjing mereka yang telah mati
Diracuni teman bahkan sahabat-sahabat mereka
Saling mengobar fitnah tentang kami yang menompang sementara
Pintu digedor tanpa mengucapkan salam
Saat kami pergi entah kedunia mana
Mereka tenggelamkan keramahan dalam-dalam
Mereka bangkitkan kemarahan tinggi-tingi
Sehingga kami hanya mampu tuk menundukkan kepala
Seakan kesalahan terbesar telah dilakukan
Kami tak pernah minta izin tuk tinggal
Tak melapor dan memberikan laporan
Kami tak memilki identitas bersurat
Tak punya tanda dan penanda
Anjing
Kami tak diharapkan
Babi
Mereka hanya minta dihargai
Taik
Mereka hanya ingin dihormati
Pret
Ingin diketahui bahwa dubur mereka masih bernafas
Lorong, 06 Desember 2008
Warna-warni
Pada warna aku dihadapkan oleh pilihan
Oleh warna aku disesakkan dari sekian banyak pilihan
Maka kepada warna-warni aku menentukan pilihan
Hingga bertemu satu warna
Bangkinang, 20 November 2008
Oleh warna aku disesakkan dari sekian banyak pilihan
Maka kepada warna-warni aku menentukan pilihan
Hingga bertemu satu warna
Bangkinang, 20 November 2008
Langganan:
Postingan (Atom)